Potret Guru Favorit: Selalu Dibuntuti Siswa

WARTA GURU-- Halo, Bapak/ Ibu Guru yang kami hormati. Semoga Bapak/ Ibu selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan YME. Muhammad Nizar (12) sudah duduk di kelas V sekolah dasar (SD). Namun, dia sering "nongkrong" di kelas III, dua tingkat di bawahnya.

Rupanya, di ruangan ini ada guru favoritnya, Maemunah (47). Sehari-hari, Maemunah mengampu pelajaran di kelas III SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), di Jalan Kapten Pierre Tendean, Makassar, Sulawesi Selatan. Nizar yang merupakan murid penderita tunagrahita atau keterbelakangan mental ini begitu memfavoritkan Maemunah sehingga tidak pernah absen di kelas mana pun sang guru mengajar.

"Saya yang bimbing Nizar sejak dia masih berusia enam tahun. Dia hanya senang diajar oleh saya. Bahkan meski sudah duduk di kelas V, masih saja mengikuti saya di mana pun mengajar meski harus berbaur dengan murid-murid dengan tingkatan di bawahnya," tutur Maemunah.

Alumnus diploma 2 (D2) Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bulurokeng, Makassar puluhan tahun silam itu tidak keberatan dengan keberadaan Nizar. Bahkan, agar Nizar tetap belajar sesuai materi pelajaran yang seharusnya diterima berdasarkan jenjang kelasnya, Maemunah membagi dua papan tulis di kelas; sisi pertama berisi materi pelajaran untuk lima murid kelas III dan sisi lainnya merupakan materi pelajaran untuk Nizar.

Bahkan, beberapa hari terakhir papan tulis itu harus dibagi tiga. Maemunah sang guru idola kebagian satu murid tambahan, Andi Rani, yang baru duduk di kelas I. Siswa penderita tuna ganda yakni tunagrahita dan tunadaksa itu bergabung dengan kelas Maemunah karena tenaga guru di kelas I sangat minim.

"Materi pelajaran di papan tulis hari-harinya saya bagi tiga sesuai tingkatan kelas dan kemajuan materi pelajaran dari hari ke hari," ujar Maemunah.

Tepat pada Hari Guru Nasional ini, Maemunah memberi materi pelajaran umum yakni mengenal bagian-bagian tubuh manusia. Sebelumnya di papan tulis dia menggambar kepala lengkap dengan beberapa helai rambut, hidung, mata, tangan, badan dan kaki. Selain menunjuk ke papan, Maemunah mempraktikkan dengan menunjuk bagian-bagian tubuh manusia di tubuhnya sendiri.

"Ini kepala, ini tangan, ini badan dan ini kaki," kata Maemunah dengan peragaan sedikit bermain sehingga memancing anak-anak untuk belajar tapi tetap santai.

Tidak jarang, ketika Maemunah menunjuk tangan, muridnya justru menunjuk kepala, atau sebaliknya. Bahkan terkadang ada juga murid yang terlihat tidak bersemangat sehingga harus dipancing dengan gaya bermain.

Selama 21 tahun mengajar di sekolah bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan fisik dan mental ini, semangat Maemunah tidak pernah surut. "Tipsnya, kasih sayang dan perhatian harus lebih ekstra saat menghadapi anak-anak yang kurang beruntung dari teman-teman sebayanya yang tumbuh normal," tegasnya.

Sumber: Okezone
Pernyataan (Disclaimer) Penulis:
Untuk menjamin faktualitas isi, sebagian artikel mungkin saja mengutip dari sumber lain. Untuk itu, sumber akan dicantumkan di akhir artikel. Jika sumber tersebut keberatan, agar menyampaikannya di kolom komentar artikel tersebut.
5:05 PM

Post a Comment

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget